Dalam dua bulan, aku bertemu dengan empat orang yang sudah lama tak bertemu denganku. Keempatnya datang mendadak ke Bandung. Aku, dengan sisa keterkejutan, tentu saja menyambut dengan bahagia. Sangat.
Pertama dengan Bang Gaw. "Gue mau ke Bandung. Jemput gue di Paskal. Trus kita ketemu Teh Hani." Wah, emang ya! Rasanya baru kemarin bertemu meski sebenarnya sudah hampir 1,5 tahun lalu. Aku mengiyakan, minta ngebut dengan ojek carteran, nyatanya harus menunggu 1,5 jam sebelum dia muncul di hadapanku dengan cengiran nyebelinnya itu.
Pertemuan kedua adalah dengan Herry. "Di, kita nonton film '3' yuk? Di BIP. Sabtu ini bisa?" Bengong. Tak sanggup menolak. Tentu saja aku sangat ingin bertemu lagi dengan Herry. Pria yang semakin sibuk tak karuan dan sulit dijangkau (dia mulai menjadi selebritis bagian start up soale). Kami berdua menikmati waktu yang sedikit untuk berbicara tentang apa saja. Hanya lima jam. Itu lebih dari cukup. Terakhir kami bertemu, dia sama sekali tak bisa diajak bicara. Banyak tamunya.
Belum selesai terkejut karena kehadiran Herry, aku mendadak dihubungi Saidah. "Mbak, aku mau nginep di tempatmu, boleh? Tugasku selesai. Dan aku kangen kamu." Mau nangis. Ya jelas saja aku mau bertemu dia. Apalagi sampai menginap. Wah, bahagia! Kami Sudah tak bertemu sejak awal 2012.
Terakhir bertemu Angie tahun 2013. Tetiba dia BBM dan bilang, "Mbak, aku mau ke tempatmu. Naik apa? Bus atau angkot?" Aku menunggu kehadirannya. Ketika bertemu, sebuah pelukan hangat seolah tak bertemu tiga dasawarsa itu enggan dilepas.
Allah, setelah mereka berempat... Apakah akan ada pertemuan mendadak lagi di Bandung? Dengan siapa? Apa sebenarnya yang ingin Kautunjukkan kepadaku?
Ada yang tak biasa. Ada yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kataku sendiri. Entah. Rahasia Allah begitu penuh misteri. Humor-Nya tak pernah gagal membuatku tersenyum penuh syukur.
Mungkin, Allah ingin aku tak melupakan asalku dari mana... Mereka berempat datang dari tempatku selama ini mengakar: Jakarta. Aku mengenal mereka di Ibukota. Kota yang membuatku hadir ke dunia. Kota yang tak mungkin lepas dari diriku selamanya.
Tetapi, mengapa?
Pertama dengan Bang Gaw. "Gue mau ke Bandung. Jemput gue di Paskal. Trus kita ketemu Teh Hani." Wah, emang ya! Rasanya baru kemarin bertemu meski sebenarnya sudah hampir 1,5 tahun lalu. Aku mengiyakan, minta ngebut dengan ojek carteran, nyatanya harus menunggu 1,5 jam sebelum dia muncul di hadapanku dengan cengiran nyebelinnya itu.
Pertemuan kedua adalah dengan Herry. "Di, kita nonton film '3' yuk? Di BIP. Sabtu ini bisa?" Bengong. Tak sanggup menolak. Tentu saja aku sangat ingin bertemu lagi dengan Herry. Pria yang semakin sibuk tak karuan dan sulit dijangkau (dia mulai menjadi selebritis bagian start up soale). Kami berdua menikmati waktu yang sedikit untuk berbicara tentang apa saja. Hanya lima jam. Itu lebih dari cukup. Terakhir kami bertemu, dia sama sekali tak bisa diajak bicara. Banyak tamunya.
Belum selesai terkejut karena kehadiran Herry, aku mendadak dihubungi Saidah. "Mbak, aku mau nginep di tempatmu, boleh? Tugasku selesai. Dan aku kangen kamu." Mau nangis. Ya jelas saja aku mau bertemu dia. Apalagi sampai menginap. Wah, bahagia! Kami Sudah tak bertemu sejak awal 2012.
Terakhir bertemu Angie tahun 2013. Tetiba dia BBM dan bilang, "Mbak, aku mau ke tempatmu. Naik apa? Bus atau angkot?" Aku menunggu kehadirannya. Ketika bertemu, sebuah pelukan hangat seolah tak bertemu tiga dasawarsa itu enggan dilepas.
Allah, setelah mereka berempat... Apakah akan ada pertemuan mendadak lagi di Bandung? Dengan siapa? Apa sebenarnya yang ingin Kautunjukkan kepadaku?
Ada yang tak biasa. Ada yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kataku sendiri. Entah. Rahasia Allah begitu penuh misteri. Humor-Nya tak pernah gagal membuatku tersenyum penuh syukur.
Mungkin, Allah ingin aku tak melupakan asalku dari mana... Mereka berempat datang dari tempatku selama ini mengakar: Jakarta. Aku mengenal mereka di Ibukota. Kota yang membuatku hadir ke dunia. Kota yang tak mungkin lepas dari diriku selamanya.
Tetapi, mengapa?